Selasa, 11 Desember 2012

jatuh cinta diam-diam


Jatuh cinta diam-diam adalah ketika kita merasakan suka sama seseorang, tapi kita enggak bisa berbuat apa-apa. Kalo kita bisa menyatakan cinta kita dan akhirnya ditolak, itu adalah pilihan dalam hidup. Paling enggak kita sudah melakukan sesuatu. Ketika hasilnya negatif, berarti memang seseorang itu bukan jodoh kita. Dan kita bisa melanjutkan hidup kita melangkah ke depan. Tapi, jatuh cinta diam-diam adalah ujian terberat dalam hidup kita. Karena kita enggak bisa maju ke depan, namun jalan di tempat pun tidak.

Gue udah pernah merasakan jatuh cinta diam-diam. Kalo enggak salah sebanyak 9 kali. Sampe akhirnya gue mendapatkan cinta yang gue nanti selama ini. Nah dari 9 kali gue merasakan cinta diam-diam ada 1 cerita yang kalo menurut gue itu cerita yang sangat menyedihkan. Kenapa? Karena gue menunggu sampe 2 tahun untuk akhirnya dapat melangkah ke depan. Dan itu pun berakhir dengan tidak bahagia.

Semuanya berawal di tahun 2001. Jaman gue masih kuliah. Sekitar bulan September. Pas angkatan baru masuk kuliah. Waktu jamannya ospek gue enggak ikutan. Gue lebih milih menikmati waktu liburan gue dengan bermain basket. Pokoknya enggak mau tau lah sama urusan kampus. Sampe akhirnya kuliah semester baru pun dimulai. Hari pertama gue masuk kuliah yang gue lakukan adalah cari tempat buat nongkrong yang bisa memantau seluruh aktifitas di kampus. Kebetulan gue dapet tempat bagus. Dan gue mulai scanning satu per satu anak-anak barunya. Kalo kata temen gue yang ikutan ngospek, angkatan 2001 enggak ada yang prospek. Tapi kan selera orang beda-beda. 3 hari pertama gue di kampus, gue enggak menemukan apa yang gue cari. Akhirnya gue memutuskan untuk kembali fokus ke basket aja. Bermain basket dengan riang gembira tanpa mengenal waktu.

Hingga suatu hari ada temen gue lagi ngobrol sama cewe. Dan gue belom pernah liat sebelom nya itu cewe. Sesekali gue perhatiin ternyata lumayan memikat hati. Padahal sebenernya cewe itu terlihat biasa aja. Tapi getar-getar cinta mulai tumbuh. Sepertinya panah asmara telah dilepaskan oleh si cupid nakal! Dan gue telah terpanah asmara. Seminggu gue gak bisa mengalihkan pandangan ini mata dari sosok cewe yang telah mencuri hati gue. Di setiap kesempatan yang ada, hal pertama yang gue lakukan adalah memandanginya sampai puas. Kalo pun nantinya kita beradu pandang, gue langsung buang muka dan berlagak enggak ada apa-apa. Mungkin itu terlihat bodoh. Tapi gue menikmati momen itu.

Sebulan telah berlalu. Waktu itu udah masuk ke bulan puasa. Kita jadi sering ketemu di mushala. Dan seperti biasa kita saling beradu pandang tanpa mengatakan apa-apa. Suatu hari abis liat dia di musahala, sambil di perjalan pulang, gue enggak bisa berhenti memikirkan dia. Sepertinya mau meledak dada gue. Ada perasaan yang menggelora. Jadi enggak bisa nafas. Kepala gue terasa menciut. Karena kurang suplai oksigen ke otak. Hahaha…mungkin terkesan berlebihan. Tapi emang kaya gitu kenyataannya.

Sorenya sambil tidur-tiduran di kamar nunggu buka puasa, pikiran gue kembali dijejali oleh sosok cewe itu. Cewe yang sampai saat itu pun gue gak tau namanya. Akhirnya gue telfon temen gue yang gue pernah liat lagi ngobrol bareng itu. Temen gue namanya Iim. Dari si Iim, gue dapet nomer telfonnya dan gue jadi tau namanya. Namanya adalah W. Abis buka dan shalat maghrib gue coba telfon. Ternyata kata yang ngangkat W udah jalan taraweh. Saat itu yang ada dalam pikiran gue adalah, sepertinya semesta tidak mengijinkan gue untuk bisa kenal sama dia. Tapi setelah gue pikir ulang, mungkin saat itu gue terlalu banyak berpikir. Mungkin aja emang pas gue telfon, emang W udah jalan taraweh. Enggak ada yang salah sama semua itu. Emang guenya aja terlalu berpikiran singkat.

Jam 9 lewat, jam dimana sepertinya orang-orang udah selesai taraweh, gue telfon lagi. Dan akhirnya gue bisa ngobrol sama dia. Awalnya semuanya berjalan lancar. Seperti yang gue inginkan. Tapi pas dia tanya gue orangnya yang mana, gue jadi gugup. Karena kalo dia tau gue yang mana, gue yakin besok-besok pasti dia enggak mau terima telfon gue lagi. Kenapa? Karena saat itu gue ngerasa diri gue bukan lah siapa-siapa. Udah 7 kali sebelumnya gue merasakan jatuh cinta diam-diam dan gue senang walaupun sebenernya berakhir dengan tidak bahagia karena mereka, cewe-cewe itu memutuskan jadian sama orang lain. Dan orang lain itu adalah orang yang gue kenal. Maka saat dia tanya gue yang mana, gue belom siap untuk menunjukan diri gue yang sebenarnya. Kenapa? Karena gue masih menikmati jatuh cinta diam-diam ini. Gue masih takut dengan kenyataan kalo sampai dia tau gue yang mana, akhirnya gue gak bisa nelfon dia lagi. Karena yaa itu tadi. Gue ngerasa gue bukan siapa-siapa. Tapi ternyata dia malah emosi. Perbincangan di telfon kita jadi enggak enak. Akhirnya dia menyudahi telfon gue.

Besoknya ketemu di kampus, dia melihat gue penuh harap. Tatapan yang mengatakan bahwa dia ingin disapa. Karena tadi malem kita abis ngobrol banyak ditelfon. Tapi gue enggak berani. Gue enggak berani menyapa dia. Bilang gue Irvan, yang tadi malem nelfon lu. Gue enggak berani melakukan semua itu. Dan gue menatap lurus ke depan. Langsung jalan melenggang. Tanpa mengatakan apa-apa. Menuju kamar mandi. Dan cuma bisa sumpah serapah di kamar mandi kampus. Tai banget!

Selama 2 tahun kehidupan gw di kampus gw cuma bisa memandangi dia aja. Dan tidak melakukan apa-apa. Mungkin tampak bodoh, tapi ya itu, sekali lagi, gw menikmati semua itu. 2 semester terakhir sebelom gw memutuskan untuk skripsi, dalam seminggu gw cuma 4 hari ada kelas. Tapi 6 hari dalam seminggu gw tetep ke kampus. Kenapa? Karena gw mau liat dia. Dia yang cuma bisa gw liat dari jauh dan menikmati kesempurnaannya.

Beberapa hari sebelom sidang skripsi, gw ketemu dia di tukang fotocopy. Dan secara gak sadar, gw negur dia dan dia pun membalas. Ternyata rasanya gitu doang. Gada yang special. Abis itu, setiap kali ngeliat dia lagi, udah gada rasa apa-apa. Biasa aja. Sebiasa gw liat semua orang di kampus. Gw juga gak tau kenapa bisa gitu. Mungkin untuk beberapa kasus dalam percintaan, ada baiknya kita hanya boleh jatuh cinta diam-diam. Karena di situlah letak kesempurnaan rasa cinta itu. Dan waktu itu, itulah yang gak gw tau. Seandainya gw tau, gw gak bakalan negur dia sampai kapan pun. Biar rasa cinta itu gak ternodai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar